Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dijodohkan Orang Tua, Terima Atau Tidak?


Siapa pun pasti memiliki angan-angan mendapatkan jodoh sesuai dengan pilihan hati. Kamu sudah menetapkan berjibun kriteria mengenai jodohmu sendiri. Idealismemu mengatakan: “Jodohku harus setengah malaikat!“ Ya, siapa sich yang tidak ingin memiliki pendamping sedemikian sempurna.  Wis guanteng/cuantik, soleh, tajir lagi.

Namun, manakala jodoh sesuai seleramu kagak  muncul juga, apakah kamu akan tetap bertahan dengan pilihanmu itu? Lalu, bapakmu atau si mbok tanpa ba-bi-bu menyodorkan pilihannya yang  sangat juauuuuuuhhhhhhhh amat sekaleee dengan angan-anganmu. Terima apa nggak ya?!

Wah, dilema sungguh ruarrrrrr biasa. Lantas apa yang harus kamu lakukan?

Pertama, Kamu harus bersyukur karena ortumu masih memperhatikan kamu. Coba bayangkan, seandainya ortumu tidak memperhatikan sampai sejauh itu. Suaaakiiiit amat; nyelekit di hati ini. Tahu anaknya masih jomblo, kok gak ada usaha sedikit pun nyariiin jodoh. Di pihak lain mungkin ada yang menentangnya. Bukankah itu keterlaluan? Ortu sampai ngatur-ngatur jodoh segala. Ini bukan zaman Siti Nurbaya, Kali!

Hai, Stop….stop…..stoooooppppp!!!!….. Saru, pamali alias tabu menyudutkan orang tua. Bagaimana pun kita harus menghormati ortu kita. Mereka lebih berpengalaman. So, berdasarkan mata lahir maupun mata batin, mereka bisa menyimpulkan bahwa apa yang ditawarkan (sorry, kayak jualan saja pakai ditawar-tawarkan segala) kepada kamu cocok bagi masa depanmu.

Bagaimana kalau sejauh mata memandang hingga tiba pada pandangan pertama, hati ini tidak membersitkan sedikit pun rasa sayang kepadanya? Ya, bagaimanapun, kamu butuh waktu untuk mempertimbangkannya. Jangan buru-buru menolak. Kamu lihat dulu kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya bisa menjadi nilai plus pada saat mahligai rumah tangga sudah ditegakkan. Kekurangannya bisa dijadikan sebagai patokan kamu menetapkan langkah mengimbanginya jika kelak ia menjadi suami/istrimu. Harap dicatat, begitu bendera rumah tangga sudah berkibar, kita lebih jeli melihat kekurangan pasangan kita. Dan kekurangan tersebut kian hari kadang bisa bertambah. Maka dari itu, jumlah artis yang kawin-cerai kian bertambah dari waktu ke waktu (lho…lho…lho malah nggosip, gimana ini?)

Kedua, kamu harus benar-benar jeli melihat sorot matanya (weleh-weleh). Apakah ada cinta yang membersit di bola matanya? Kata si mbah, lebih baik dicintai daripada harus mencintai setengah mati orang yang hanya setengah hati mencintai kita. Bisa sakiiiiitttt tahu. Jadi, adanya perasaan cinta dari dirinya harus menjadi kriteria utama.

Ketiga, Biarkan ruang dan waktu di hatimu berbicara. Jangan terlalu cepat menerima dan jangan pula bergegas untuk menolaknya. Beri kesempatan yang cukup kepada Dewa Amor untuk melepaskan panah asmara hingga tepat melesak menembus jantung-hatimu.

Berdoalah secara intensif. Dengan sepenuh hati, memohonlah kepada-Nya.  Seandainya Tuhan menitipkan kebahagiaan kamu melalui pilihan ortumu, cepat atupun lambat Tuhan akan menjawab doamu. Akan ada aliran cinta di hatimu sekalipun intensitasnya masih kecil.

Setelah itu, biarkan hatimu yang berbicara hingga tumbuh ketetapan untuk menerima atau menolak pilihan orangtuamu. Selamat memilih! (Kayak pemilu aja, ya?!)

Posting Komentar untuk "Dijodohkan Orang Tua, Terima Atau Tidak?"