Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nuklir 101 : Pengetahuan Dasar Mengenai Energi Nuklir (Bagian 4)

Bagaimana dengan penanganan limbahnya? Anda pernah mendengar Dr Yudi Imardioko? kalau belum mungkin artikel dibawah ini bisa mengingatkan kembali.

Penemu Metode Pengolahan Limbah Radio Aktif Indonesia, Dr Yudi Imardjoko Menolak Tawaran Amerika dengan Gaji $ 6.000 Sebulan.

Dua perusahaan di Amerika Serikat bulan depan akan berkunjung ke Indonesia untuk menjajaki kemungkinan kerja sama pengelolaan limbah radioaktif tingkat tinggi yang formula atau metode rumusannya telah ditemukan ahli nuklir Indonesia dan merupakan temuan pertama di dunia yang harus segera dipatenkan.

Penemu formula tersebut Dr Ir Yudi Utomo Imardjoko MSc ketika dihubungi Pembaruan Minggu (16/3) lalu mengakui adanya rencana kedatangan dua perusahaan dari Negeri Paman Sam itu karena berniat membeli metode tersebut. Namun Dr Yudi masih pikir-pikir karena tidak berniat menjual, kecuali untuk kepentingan Indonesia. Ia mengatakan, niat perusahaan asal AS itu sebenarnya sudah diutarakan sejak formula temuannya itu selesai dijadikan disertasi untuk program doktornya di Universitas Iowa, AS. Pada saat itu langsung dijawab bahwa ia belum berniat menjual.

Bahkan dua minggu sebelum ujian disertasi di AS, dosen Fakultas Teknik Nuklir UGM berusia 34 tahun ini kembali dihubungi dengan menawarkan gaji US $ 6.000 per bulan atau senilai Rp 12,5 juta asal bersedia bekerja di perusahaan tersebut. ''Tapi saya tetap memilih kembali ke Indonesia dengan gaji Rp 200.000 per bulan sebagai pegawai negeri sipil golongan III-A,'' katanya merendah. Alasannya, karena putra anggota DPR RI Ny Sutari Imam Barnadib ini ingin menjajaki lebih dulu kemungkinan temuannya itu diperlukan di Indonesia, yang berarti ia bisa menyumbangkan ilmu untuk bangsanya.

Yudi mengelak ketika dikejar dengan pertanyaan, apakah ia akan tetap mempertahankan sikap ''romantisme dengan berwawasan kebangsaan'' seperti itu jika ternyata temuannya tidak digunakan di Indonesia mengingat masih belum adanya kepastian jadi atau tidaknya Indonesia membangun Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). ''Sudah ada perusahaan Indonesia yang menghendaki kok. Masalahnya Indonesia kan belum ada PLTN jadi kemungkinan diproduksi untuk keperluan ekspor,'' katanya.

Silinder

Prinsip dari metode temuannya itu adalah pembuatan petikemas untuk mengelola limbah nuklir atau limbah radioaktif tingkat tinggi sebelum didaur ulang sebagai bahan bakar nuklir yang baru setelah periode pendinginannya terpenuhi. Dengan menggunakan bahan Alloy 825 dan C-stell, container direncanakan dibuat berbentuk silinder, ramuan ini mampu untuk mengatasi korosi karena bakteri. Uji coba ketahanannya dilakukan dengan berbagai cara sehingga telah diyakini oleh tim penguji di AS bahwa temuan formula tersebut mampu menjawab tantangan efisiensi dan pengamanan limbah nuklir di waktu mendatang.

Apalagi saat ini bangsa-bangsa yang sudah lama menggunakan nuklir sebagian bahan baku energi mulai sadar terhadap pengelolaan limbah nuklir dan mempelajari metode daur ulang yang paling aman dan efisien. Dikatakannya, proses daur ulang merupakan kunci penting pengelolaan
bahan bakar nuklir bekas agar tidak menjadi masalah bagi generasi mendatang.

Tingkat bahaya limbah nuklir memang seribu kali lipat dibanding uranium. Oleh karena itu bahan bakar nuklir setelah ''diambil'' kandungan panasnya di dalam reaktor selama dua tahun menjadi limbah nuklir atau limbah radioaktif tingkat tinggi yang tidak ekonomis lagi, bahkan lebih berbahaya selama kurun waktu 10 ribu tahun. Limbah ini sebetulnya masih bisa dimanfaatkan lagi melalui teknologi proses ulang namun harus didinginkan antara 20 - 50 tahun di tempat penyimpanan sementara yang diletakkan di bawah tanah. Oleh karena itu perlu disimpan di tempat yang aman di dalam petikemas, karena memiliki suhu 520 derajat Celcius.

Pemrosesan bahan bakar nuklir bekas akan menghasilkan bahan bakar nuklir baru dan limbah sisa yang mempunyai tingkat radioaktif menengah sampai tinggi, namun tingkat bahayanya tidak lama yaitu berkisar 20-50 tahun sehingga pemantauan lokasi limbah tidak akan terlalu berat, kata Yudi. Pengelolaan limbah nuklir akan sangat artinya sejalan dengan rencana pembangunan PLTN. Keuntungan Indonesia karena di negara maju seperti Amerika dan Prancis hal demikian belum pernah mendapat perhatian. Oleh karena itu Amerika mempunyai minta serius terhadap temuan ini. Mereka memerlukan 15 ribu container, masing-masing berukuran panjang 4,7 m dengan garis tengah 3,2 m kapasitas isi 21 PWR. Jika diproduksi di Indonesia harga satuannya Rp 800 juta.

Menurut Yudi, di Indonesia, penelitian uji coba reaktor nuklir yang dilakukan seperti di Yogyakarta dan Serpong, limbahnya diekspor ke Amerika Serikat dan oleh negara adi daya tersebut dikumpulkan dan disimpan untuk didaur ulang jika tiba waktunya. Ia berpendapat jika hal itu terus dilakukan Indonesia akan kehabisan bahan uranium, sementara negara yang telah mempunyai tandon limbah nuklir cukup banyak bisa menjual dengan harga tinggi kepada negara yang dulu menjual kepadanya. Mestinya Indonesia bisa selangkah lebih maju untuk melakukan antisipasi dan dalam RUU Ketenaganukliran yang baru disetujui 26 Februari masalah pengelolaan limbah radioaktif ini akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Ia mengaku temuan yang berhasil membawanya untuk memperoleh gelar doktor ini belum dipatenkan.

Sumber:
Hamline

Posting Komentar untuk "Nuklir 101 : Pengetahuan Dasar Mengenai Energi Nuklir (Bagian 4)"